Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo, Untuk Siapa?

Jumat, 31 Juli 2020 | 20:26 WIB
Share Tweet Share

Labuan Bajo

Labuan Bajo, kota kecil di ujung barat Pulau Flores, berubah wajah. Sebagai pintu masuk untuk melihat binatang purbakala Varanus Komodoensis, Labuan Bajo tidak bisa dipisahkan dari Taman Nasional Komodo.

Sejak ditetapkan sebagai New Seven Wonders of Nature tahun 2012, nama Labuan Bajo, Manggarai Barat, menjadi terkenal. Tidak hanya terkenal, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo terus meningkat. Pada tahun 2014, wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo berjumlah 80.626 wisatawan dan tahun 2019 berjumlah 221.703.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan berdampak pada pertumbuhan jumlah usaha jasa penginapan, jasa perjalanan wisata, jasa pemanduan wisata, jasa angkutan wisata laut dan darat dan usaha-usaha lainnya termasuk perhotelan.

Tahun 2014, usaha jasa penginapan/hotel berjumlah 56 dengan perincian hotel bintang berjumlah 6 dan non bintang 50. Pada tahun 2018, jumlahnya meningkat menjadi 98 dengan perincian 7 hotel bintang dan hotel non bintang berjumlah 91.

Pada tahun 2018, wisatawan yang menginap di hotel berjumlah 179.081. Jumlah tersebut meningkat sebesar 25,32% dari tahun 2017 yang berjumlah 142.904. Dari jumlah tersebut, tamu yang menginap di hotel berbintang, pada tahun 2018 berjumlah 49.128 menurun sebesar 1,67% jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 49.965. Sedangkan jumlah tamu yang menginap di hotel non bintang meningkat sebesar 39,82% pada tahun 2018 (BPS 2018).

Tak pelak lagi, potensi pariwisata Manggarai Barat yang sangat besar, khususnya Labuan Bajo,  mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo. Dalam beberapa kesempatan, Joko Widodo menekankan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium. 

Menurut Joko Widodo destinasi pariwisata super premium adalah destinasi pariwisata bagi segmen wisatawan yang spend money lebih besar dari wisatawan kebanyakan.
Joko Widodo tidak ingin main-main dalam mewujudkan Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Premium. Harapannya adalah mendatangkan devisa untuk Indonesia sebanyak-banyaknya. Untuk mewujudkan itu Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat terus dipoles.

Pada tahun 2020, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 902,47 miliar untuk pembangunan infrastruktur di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Labuan Bajo. Tidak hanya Labuan Bajo, Kementerian PUPR juga mengalokasikan anggaran untuk pengembangan infrastruktur di Pulau Rinca, salah satu pulau yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo.

Anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana dengan alokasi anggaran sebesar Rp 21,25 miliar, reservoir SPAM senilai Rp. 2,41 miliar, dan pembangunan pengaman Pantai Loh Buaya sebesar Rp 46,3 miliar (www.pu.go.id).

Apa itu Pariwisata Premium?

Wajah Labuan Bajo sebagai pintu masuk Taman Nasional Komodo diubah untuk mendukungnya sebagai Destinasi Super Premium. Pembangunan pariwisata di Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium untuk tujuan peningkatan sektor perekonimian Manggarai Barat dan peningkatan devisa Negara.

Destinasi Parwisata Premium, mengutip Wisnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, adalah destinasi bagi wisatawan yang berkualitas yang mau membelanjakan lebih di Labuan Bajo (Kompas.com - 17/12/2019). Premium artinya berkualitas. Premium is defined as a reward, or the amount of money that a person pays (oxford dictionary). Destinasi pariwisata premium berarti destinasi yang bermutu, berkualitas.

IE University dalam The Premium Travel Barometer 2016, merelease setidaknya ada 10 poin yang harus dipenuhi agar sebuah destinasi wisata bisa dikatakan premium.
(1) Akses internet yang murahdan cepat, pelayanan pelanggan yang online(online coverage).
(2) Adanya inovasi untuk menghasilkan pengalaman berwisata yang tidak terlupakan dan menghargai privasi wisatawan (Experience Design and Personalization).
(3) Manajemen yang baik, pelayanan yang berkualitas, brand berkualitas meningkatkan kepercayaan wisatawan (quality management).
(4) Ada pilihan pemesanan dan interaksi menggunakan telepon selular (Mobile booking).
(5) Pengalaman interaksi sebelum melakukan pemesanan (Pre-booking of experiences).
(6) Akomodasi dengan ukuran kecil dan pelayanan yang personal, restaurant local dan pengalaman berbelanja (small is beautiful).
(7) Makan dan minuman, makanan lokal, pengalaman terlibat dalam proses pembuatan makan dan berbelanja (F&B+Gastronomy ).
(8) Kebanyakan wisawatan premium berasal dari urban area. Mereka ingin mengunjungi obyek wisata yang dengan suasana yang berbeda dari keseharian mereka. Suasana yang lebih alami dan pengalaman spiritual (“Back to nature” & 10. Spirituality & De-connectio).

Destinasi Pariwisata  Super Premium Untuk Siapa?

Pembangunan pariwisata sebagaimana UU No. 10 Tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya dan memajukan kebudayaan. Pertanyaannya adalah apakah pengembangan Labuan Bajo menjadi destinasi super premium selaras dengan tujuan di atas?

Tanda-tanda rencana pengembangan pariwisata premium Labuan Bajo dimulai sejak tahun 2018. Saat itu, Gubernur NTT Victor B. Laiskodat merencanakan unutk menaikan tiket masuk ke Pulau Komodo menjadi 500 usd atau setara Rp. 7.000.000. (https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3804462/rencana-kenaikan-harga-tiket-pulau-komodo-tuai-polemik).

Di penghujung tahun 2019, wacana kenaikan ticket masuk Pulau Komodo kembali mencuat menjadi 1000 USD atau setara dengan Rp. 14.000.000. Pulau Komodo akan dibuat menjadi eksklusif. Khusus untuk membership. Sedangkan Pulau Rinca tetap dibuka untuk wisatawan kebanyakan. Selain Pulau Komodo, beberapa obyek wisata lain juga akan dijadikan premium, seperti Pulau Padar, Pink Beach dan Manta Point.

Daya Tarik utama wisatawan yang datang ke Labuan Bajo adalah Taman Nasional Komodo. Taman Nasional Komodo terdiri dari wisata darat dan laut. Memberikan label eksklusif ke beberapa obyek wisata dalam TNK, berimplikasub pada kesiapan Kawasan TNK secara menyeluruh dan integral.

Apalagi Brand Destinasi Premium tentu berdampak langsung pada ekspektasi wisatawan kelas premium. Maka, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menjawab ekspektasi wisatawan premium tersebut, seperti standardiasi pelayanan, standarisasi fasilitas penginapan, standardiasi fasilitas angkutan wisata, standardisasi fasilitas di obyek wisata.

Selanjutnya pemerintah perlu segera membuka dan memublikasi hasil kajiannya terkait seberapa banyak potensi wisatawan kelas premium yang memiliki kemauan membayar lebih, seberapa banyak potensi kehilangan wisatawan, seberapa banyak pelaku usaha pariwisata yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan dari menurunya jumlah wisataan, apa dampak ekonomi dari peningkatan jumlah wisatawan kelas premium dan apa dampak ekonomi dari menurunnya jumlah wisatawan kelas menengah ke bawah.

Pekerjaan rumah ini harus segera diselesaikan agar mewujudkan mimpi besar wisata berkelas dunia, yang bermanfaat secara menyeluruh dan terintegrasi antar berbagai sektor pariwisata dan masyarakat lokal sebagai penyokongnya di Manggarai Barat, Flores NTT.

Penulis

Leonardus Embo, SE
Mahasiswa Program Studi Ekowisata Pada Politeknik eLBajo Commodus, Labuan Bajo 

Editor: Elnoy


Berita Terkait

Komentar