NKRI Mati Harga

Minggu, 04 Juni 2017 | 17:41 WIB
Share Tweet Share

Garuda Pancasila, lambang negara RI harga mati.

Apa yang salah dengan NKRI? Petinggi Negara ini rupanya sudah salah mendidik rakyatnya. Bahkan menjerumuskan rakyat ke jurang perpecahan. Dosa apa yang dibuat rakyat Indonesia sehingga makin banyak muncul ke permukaan orang atau kelompok yang menolak perbedaan yang sudah terjadi sejak dilahirkan di bumi Indonesia.

Empat Pilar Kebangsaan kita, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar '45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, ternyata tidak semua anak bangsa bisa menerimanya. Sudah banyak yang dipengaruhi oleh faham tertentu.

Paham ini sudah berproses 25 tahun s/d 30 tahun lalu dan itu tidak main-main karena sudah merambah di sekolah sekolah, mukai tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Hal ini sangat apik dimainkan para oknum dan kelompok yang anti NKRI, yang hendak membangun kesadaran baru rakyat Indonesia generasi milenial bahwasanya NKRI bukan harga mati, hanya sebuah kesalahan sejarah yang harus diluruskan.

Sekarang tiba saatnya ingin memanen hasil didikannya. Paham ini menerapkan demokrasi rimba raya, siapa kuat dia menang.

Sekarang ini pertentangan kedua kelompok ini semakin mencuat ke permukaan, teristimewa pasca keran kebebasan dibuka pada era reformasi, sejak 1998. Kelompok anak bangsa yang mempertahankan Empat Pilar Kebangsaan harus memikul tanggung jawab mempertahankan NKRI walaupun mereka tidak melakukan dosa memecah belah bangsa. Kelompok yang satu lagi menolak Empat Pilar Kebangsaan atau yang saya sebutkan salah didik.

Ini semua terjadi karena para petinggi negara ini telampau sibuk dengan meredam aksi sana aksi sini dan hasilnya membetuk pro kontra di kelompok elite bangsa ini. Kelompok elite yang berpihak kepada Empat Pilar Kebangsaan dengan kelompok elite yang menolaknya.

Bukankah ini memberi pendidikan yang kurang baik yang dapat menjerumuskan anak bangsa yang tidak tahu apa-apa, sehingga terjadi peperangan di dunia maya medsos? Jika kondisi ini tidak bisa diatasi maka peperangan berpindah bukan di dunia maya lagi, tetapi di dunia nyata seperti yang terjadi di Surya dan Turki.

Apabila kita tidak menerima perbedaan seperti alam semesta: ada langit, bumi, planet-planet lainnya, hutan, air, manusia, makhluk hidup lainnya, ada wanita, ada pria, maka dunia ini punah.

Demikianpun suatu bangsa. Sejak lahirnya bangsa ini sudah dalam keadaan kemajemukan, bahkan iman dan kepercayaan yang kita anut sudah terjadi sejak kita dilahirkan. Mengapa harus dipertentangkan dan mengapa seolah-olah pertentangan itu dibiarkan bertumbuh mekar? Ataukah kita ingin negara ini juga punah?

Menolak perbedaan merupakan awal kepunahan suatu bangsa. Padahal kita semua bersaudara dalam perbedaan. Ini bukan lagi aksi lomba menari di atas tembang kenangan NKRI Harga Mati, tetapi soal bertindak tegas dan tegar. Sebab, kita sedang dilanda NKRI mati harga di hadapan upaya massif dan permanen untuk merongrong Empat Pilar Kebangsaan kita.

Mari selamatkan NKRI dengan ketegasan sikap kita sebagai bangsa dan negara di hadapan setiap aksi dan reaksi yang merongrong keutuhan NKRI tercinta.

Dirasa perlu untuk kembali mendidik anak bangsa kita sejak SD agar kita tidak lagi memanen anak bangsa yang salah didik dan tidak membiarkan para penyusup menguasai pendidikan anak bangsa kita dengan ideologi anarkis dan primordial.

Penulis: Michael Musa, Direktur Pt.  Sansiri Surya

Editor: Yon L


Berita Terkait

Opini

Lilin Keutuhan NKRI

Senin, 22 Mei 2017
Opini

Pentingkah Memusuhi Komunisme?

Rabu, 07 Juni 2017

Komentar