Valdi Pratama, Tak Sekadar Pebisnis Kopi

Kamis, 12 September 2019 | 21:59 WIB
Share Tweet Share

Valdi Pratama. [foto: dokumen pribadi valdi pratama]

[KUPANG, INDONESIAKORAN.COM] Pengusaha kopi saat ini banyak melirik kopi berkualitas tinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka bahkan rela masuk hingga pelosok desa dengan akses jalan yang sulit, hanya untuk mendapatkan kopi dengan kualitas terbaik.

Ini pula yang dilakukan pengusaha muda asal Pulau Dewata, Valdi Pratama. Namun, putra Bali ini bukan sembarang pengusaha kopi. Dia tercatat sebagai salah satu pebisnis kopi yang disegani. Sebab tak hanya membeli, Valdi Pratama juga aktif melakukan edukasi di bidang pertanian hingga pengolahan kopi di pedalaman Flores, NTT.

"Kopi yang baik tidak bisa dilihat dari varietas ketinggian, atau di mana kopi itu ditanam. Tapi bagaimana masyarakat mengolahnya. Jika masyarakat tahu cara mengolah kopi dengan benar, maka kopi itu pasti bagus," kata Valdi Pratama, yang sedang berada di kebun kopi warga di Kampung Ekoheto, Desa Persiapan Mukufoka, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, NTT.

Baca Juga:
Ekoheto, Kampung Kopi Berkualitas Tinggi yang Belum Digarap Serius

Meski saat ini tinggal di Denpasar, Bali, Valdi Pratama kini sering bolak-balik ke Pulau Flores, khususnya ke daerah Bajawa, untuk menemui para petani kopi.

Selain membeli kopi arabika hasil kebun petani di daerah tersebut, Valdi Pratama juga aktif memberi edukasi kepada para petani. Mulai dari proses tanam, peremajaan tanaman kopi, hingga pengolahan kopi yang baik pasca-panen.

"Percuma saja varietas (kopi) bagus tapi cara pengolahannya belum maksimal atau bagus. Karena kopi yang baik itu konsisten dalam pengolahan, dan itu mempengaruhi rasanya," jelas pria lulusan Business and Management Studies University of Sussex, Inggris, itu.

Valdi Pratama ketika bersama masyarakat di Kampung Ekoheto, Desa Persiapan Mukufoka, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT beberapa waktu lalu. [foto: dokumen pribadi valdi pratama]

Menurut Valdi Pratama, potensi kopi dari wilayah Bajawa tidak kalah dengan kualitas kopi daerah lainnya di Indonesia, seperti kopi dari Aceh, Toraja, dan lainnya.

Sayangnya, potensi besar kopi di daerah ini justru belum digarap maksimal. Di musim panen, diakuinya, masih banyak kopi yang terbuang sia - sia karena terkendala tenaga kerja petik kopi dan infrastruktur jalan yang tidak memadai.

"Potensinya luar biasa. Rata-rata di sini petani sumber utama penghasilannya adalah kopi dengan kualitas kopi yang tidak kalah dari tempat lain, bahkan jauh lebih baik, karena tanahnya subur dan jarang menggunakan pupuk kimia sehingga tidak terkontaminasi. Satu petani punya dua hingga tiga kebun kopi, satu kebun petani bisa hasilkan 3 ton gelondongan cherry merah (buah kopi)," papar Valdi Pratama.

Valdi Pratama bersama rekannya menikmati kopi khas Kampung Ekoheto, Desa Persiapan Mukufoka, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, NTT beberapa waktu lalu. [foto: dokumen pribadi valdi pratama]

Petani desa ini, imbuhnya, memiliki kebun kopi yang kurang terawat karena akses jalan yang susah dilalui. Jalan yang belum diaspal membuat biaya angkut kopi menjadi kendala tersendiri.

"Alangkah baiknya jika dibantu akses jalan, agar gaung kopi mereka terdengar di seluruh pelosok negeri. Mereka di sini benar-benar kaya kopi yang bagus, hanya akses jalan yang kurang. Di musim panen banyak kopi tersisa atau terbuang karena kurangnya tenaga kerja untuk petik kopi. Karena medan yang sulit, akhirnya orang pergi ke dataran yang lebih rendah. Padahal di sini potensinya luar biasa," tandas Valdi Pratama.

Reporter: Laurens Leba Tukan 

Editor: San Edison


Berita Terkait

Komentar