Konsep Empat Kota di Manggarai Timur, Sentral Peradaban dan Kemajuan

Rabu, 02 Agustus 2017 | 08:26 WIB
Share Tweet Share

Ilustrasi kota sebagai sentral kehidupan dan pusat peradaban maju.

Pilkada selalu penuh janji. Bagai menabur bunga yang harum dan segar. Namun sayang cepat layu dan tak sempat mekar. Pilkada yang penuh janji manis menjadi tidak menjanjikan lagi.

Apalagi setelah melewati sekian kali perhelatan pilkada yang katanya demokratis hanya karena keterlibatan rakyat untuk memilih pemimpinnya secara langsung, nyatanya setelah terpilih, bagai panggang jauh dari api, semuanya mentah dan lupa ingatan. Dan kita pun ramai-ramai menghujat dan mencaci maki.

Saya sempat berpikir, andaikan saya juga maju saat ini sebagai calon pemimpin daerah, mungkin juga melakukan hal yang sama. Karena begitulah cara yang paling efektif mendulang suara dan mendapatkan legitimasi rakyat dalam pemilu. Walau setelah terpilih, malah bingung mau buat apa dan janji tingal janji, semuanya mubazir.

Daripada terus mengkiritk bahkan mencaci maki para pemimpin yang tak merealisasikan janji-janjinya, saya mencoba menawarkan gagasan ini untuk para pemimpin di daerah saya Manggarai Timur yang mau maju.

Gagasan yang saya tawarkan adalah membangun empat kota di wilayah strategis di Manggarai Timur. Empat kota ini akan menjadi sentral peradaban dan kemajuan di berbagai sektor, sebagaimana laiknya keberadaan sebuah kota modern.

Kisah Awal tentang Kota

Saya putra kelahiran Manggarai Timur, persisnya dari Dampek, sebuah kampung di tepi pantai Utara Manggarai Timur. Pantainya indah dengan hamparan pasir yang luas dan panjang dwngan bentangan samudera yang bening dan kaya ikannya.

Landscape lautnya juga landai dan pemandangannya teduh. Jika pasang surut akan tampak pasir dasar lautan mengering sejauh hampir 200 meter dari bibir Pantai. Di beberapa lokasi, dasar pantai yang mengering itu terdapat "takak" atau terumbu karang dengan genangan air mengitarinya. Di sinilah berbagai jenis ikan banyak bersarang dan tinggal.

Pantai indah Dampek

Di sinilah tempat para nelayan dan warga kampung Dampek mencari ikan pada malam hari dengan menggunakan lampu petromaks sebagai penerang, saat pasang surut terjadi. Masih ada juga yang memakai "cawar", obor yamg terbuat dari bambu atau daun kelapa. Amyas, kalau orang Papua menyebutnya.

Sebagai anak pantai, saya tidak ketinggalan memanfaatkan keadaan alam yang memanjakan ini. Di sanalah juga saya akhirnya mengerti apa itu kota.

Kota dalam pemahaman anak pantai Dampek merupakan suatu wilayah di daerah terumbu karang itu, yang dilokalisir dengan membangun tembok di sekelilingnya yang terbuat dari batu bersusun. Di daerah hamparan batu karang yang tampak kelihatan di kala pasang surut, nelayan atau warga kampung pesisir pantai membuat kota di sana agar ikan-ikan terjebak di dalamnya saat pasang surut. Dengan demikian, menjadi lebih mudah menangkap ikan karena sudah dilokalisir.

Ada banyak kota dibangun di beberapa titik yang strategis. Di sana ditemukan banyak ikannya dan beragam kehidupan lain terkonsentrasi di sana.

Saya membayangkan untuk membangun suatu wilayah semisal kabupaten Manggarai Timur, konsep membangun kota di beberapa titik wilayah yang strategis sangat releven untuk konsentrasi kemajuan yang meluas dan merata. Itulah kota.

Manggarai Dibangun Tanpa Konsep Kota

Saya akhirnya sadar sekarang, ada ketiadaan konsep membangun kota dalam pembangunan kabupaten Manggarai yang sudah puluhan tahun berdiri ini. Ruteng menjadi satu-satunya kota yang terbentuk. Di sana menjadi pusat segala-galanya, baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, budaya, pariwisata,  keuangan, pertukaran peradaban dan distribusi barang dan jasa.

Tidak ada lagi kota lain. Reok sekalipun, bukan dibangun dalam konsep kota, tetapi kebetulan berada di lokasi strategis untuk arus keluar masuk Manggarai dari sisi utara. Itu pun gagal menjadi sebuah kota. Semua masih terkonsentrasi di Ruteng. Reok hanya menjadi daerah periferi, penopang kota Ruteng.

Menyusul Labuan Bajo di ujung barat. Juga tidak dirancang untuk menjadi sebuah kota walaupun pintu masuk paling strategis saat ini ada di sana. Masih tetap dianggap sebagai wilayah periferi, penunjang kota Ruteng.

Kantor Bupati, Borong

Borong apalagi. Letaknya di lintasan trans-flores, lintasan penghubung antar kabupaten di Flores. Jauh sekali dari pemahaman menjadikannya sebuah kota seperti Ruteng.

Ketika Manggarai dipecah menjadi tiga kabupaten, hal ini semakin terasa ketidaksiapannya untuk menjadi sebuah kota kabupaten. Masih amat kuat terasa hanya Ruteng saja yang pantas disebut kota. Sementara Labuan Bajo dan Borong, walau dijadikan ibu kota kabupaten yang baru, tetap masih jauh dari apa yang disebut kota dan belum bisa dianggap kota sampai saat ini, baik dalam sebutan yang pantas maupun dalam kenyataannya.

Ini pembelajaran yang baik untuk kita era sekarang, bahwasanya Manggarai dibangun dalam kondisi absensia pada konsep membangun kota. Tak heran hingga saat ini hanya Ruteng yang layak disebut kota itu.

Manggarai Timur Belajar dari Sejarah

Mumpung masih baru mulai. Manggarai Timur kalau mau maju dan berkembang pesat dan merata, sudah seharunya dibangun dalam kosep pemetaan beberapa wilayah strategis untuk dijadikan kota. Minimal perlu dibangun secara serius dan terukur empat kota di sana, yakni Borong, Benteng Jawa, Dampek, dan Elar.

Jalan menuju Elar

Keempat wilayah ini selain strategis dari sisi geofrafis dan demografis, juga memiliki sejumlah kampung periferi yang mengitarinya dan yang menopang kehidupan kota itu.

Di keempat titik lokasi tersebut perlu dibangun pusat kehidupan berbagai sektor, yakni pendidikan, kesehatan, pemerintahan, jaringan produksi dan distribusi barang dan jasa, keuangan, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.

Keempat wilayah ini menjadi sentral bagi kampung-kampung sekitar yang menjadi periferinya, kampung penopangnya, yang terkoneksi dengan jaringan transportasi dan distribusi yang adekuat.

Tujuan dan Penataan Kota Sesuai Syarat Undang Undang.

Secara lebih rinci dapat digambarkan bahwa suatu kota meliputi konsentrasi daerah pemukiman berpenduduk cukup besar dan dengan kepadatan yang relatif tinggi dimana kegiatan penduduk didominasi oleh kegiatan nonpertanian, seperti industri, perdagangan dan jasa, baik di bidang keuangan, transportasi, pendidikan, kesehatan dan pariwisata.

Tentu, akibat konsentrasi semua sektor ini bisa menimbulkan ekses samping yang bisa positif bisa negatif. Maka, tetap harus mengikuti syarat yang berlaku standar dalam pembangunan dan penataan kota modern agar tidak rumit dan ribet ke depannya.

Di dalam (UU No. 26 Tahun 2007) disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Maka, pembangunan ruang perkotaan tetap mengacu pada tujuan dasar: (1)  memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat berusaha dan tempat tinggal, baik dalam kualitas maupun kuantitas dan (2) memenuhi kebutuhan akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan sejahtera.

SMP St.  PAULUS,  Benteng Jawa

Pembangunan kota harus diupayakan untuk lebih meningkatkan produktivitas yang dapat mendorong sektor-sektor perekonomian, akan tetapi pengembangannya perlu memperhatikan ketersediaan sumberdaya, agar pemanfaatan sumberdaya untuk pelayanan sarana dan prasarana kota lebih efisien.

Pembangunan perkotaan dilaksanakan dengan mengacu pada pengembangan investasi yang berwawasan lingkungan, sehingga tidak membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan tidak merusak kekayaan budaya daerah.

Hal tersebut juga diperlukan agar tercipta keadilan yang tercermin pada pemerataan kemudahan dalam memperoleh penghidupan perkotaan, baik dari segi prasarana dan sarana maupun dari lapangan pekerjaan.

Saya membayangkan, jika pemimpin Manggarai Timur yang akan datang konsern dalam pemetaan dan pembentukan kota di bebrapa wilayah strategis tersebut di atas, kemajuan daerah ini akan merata dan bergerak cepat. Apalagi didukung oleh potensi sumber daya alam yang cukup, tinggal ditopang oleh SDM yang cakap dan pemerintahan yang memiliki goodwill dan pekerja keras.

Bukankah ini gagasan yang sulit dan utopia? Anda sedang bermimpi rupanya. Menghayal. Membual. Nada sumir ini bisa saja spontan muncul di benak pembaca.

Ya, tidak ada yang tidak sulit, tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Jika ini diaggap sebagai keharusan untuk sebuah jalan kemajuan yang lebih merata, luas, cepat dan tahan zaman, tidak ada pilihan lain selain dirancang dan dibangun secara bertahap dan kontinu.

Betapa tidak, dengan empat pusat ekonomi, bisnis, jasa, administrasi, transaksi keuangan, kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, bukan tidak mungkin Manggarai Timur akan mengalami percepatan kemajuan dan pemerataan pembangunan.

Kembali pada janji-janji manis para kandidat yang ingin menjadi pemimpin di daerahnya. Hendaknya janji kita berangkat dari konsep pembangunan yang hendak dijadikan pilot project. Di sinilah rakyat akan menilai apakah Anda mampu dan pantas dipilih. Dengan kata lain, rakyat jangan memilih pemimpin yang tidak punya konsep, hanya janji-janji manis belaka.

Hal-hal lain yang sifatnya umum tak perlu dibungkus jadi manisan kampanye sebab itu sudah merupakan tugas dan pekerjaan Anda nanti saat jadi pemimpin daerah, yakni mengadministrasikan keadilan sosial demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Konsep membangun empat kota sebagai sentra peradaban dan kemajuan Manggarai Timur adalah pilot project itu. Adakah calon pemimpin yang mau maju dengan konsep ini, saat ini?

Penulis

Yon Lesek

Editor: Elnoy


Berita Terkait

Komentar