Teror Karena Negara Absen Belasan Tahun
Teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur. [Istimewa]
[JAKARTA] Teror bom yang terjadi selama ini dan yang terakhir di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam, akibat dari lalainya negara selama belasan tahun belakangan.
Kepala Humas PGI, Jeirry Sumampow di Jakarta, Kamis (25/5), mengatakan, teror bom Kampung Melayu tidak bisa dilepaskan dari abainya negara selama belasan tahun belakangan ini atas berkembangnya paham-paham radikalisme dan aksi-aksi intoleransi.
“Negara terlalu abai dengan munculnya ujaran-ujaran kebencian di ruang publik. Selama belasan tahun, negara bahkan terkesan memfasilitasi bertumbuhnya kelompok-kelompok yang mengedepankan kekerasan dan pembunuhan atas nama agama,” kata dia.
Selain itu, kata Jeirry, PGI menilai bahwa pelaku teror adalah mereka yang anti Pancasila. Pelakunya pasti adalah mereka yang mengharapkan bahwa negeri ini tak boleh damai dibawa idiologi Pancasila.
Karena itu, bentuk teror bom ini adalah upaya untuk merongrong kewibawaan Pancasila sebagai ideologi negara. Salah satu tujuannya adalah perpecahan dan disintegrasi bangsa.
Karena itu, PGI meminta agar pemerintah menanganinya dengan sungguh-sungguh. Tak boleh ada kompromi terhadap pelaku teror bom ini.
“PGI mendorong agar pemerintah lebih menggiatkan program deradikalisasi kepada seluruh masyarakat, tidak hanya kepada aparat kepolisian. Agar masyarakat bisa lebih aktif terlibat dalam melawan radikalisme dan terosisme,” kata dia.
Selain itu, PGI menghimbau seluruh elemen bangsa untuk tetap bersatu padu dan tidak takut dalam menghadapi segala bentuk ancaman teror bom yang ada.
PGI juga menghimbau agar masyarakat, khususnya umat Kristen, tetap tenang dan jangan terprovokasi. Kita serahkan semuanya kepada pihak yang berwajib. Bersihkan diri dan damaikan hati dalam merayakan hari suci keagamaan.
“Akhirnya, kami mengucapkan Selamat Merayakan Kenaikan Kristus ke Sorga bagi umat Kristen! Selamat menyambut Bulan Suci Ramadhan bagi Umat Muslim!” kata Jeirry.